Thursday, March 3, 2011
Wednesday, March 2, 2011
laporan pkl-ku
12:41 AM
kaliprau
BAB III
HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Deskripsi Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dilaksanakan oleh mahasiswa semester IV Politeknik Negeri Semarang di perusahaan yang diminati oleh mahasiswa itu sendiri dan kebetulan kami diijinkan untuk melakukan PKL di PT. PLN ( Persero ) UPJ Wiradesa. Untuk mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik, dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan tersebut ditempatkan pada bagian Pelayanan Teknik yang meliputi gangguan teknik dan administrasi teknik.
Dalam pelaksanaan PKL ini mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik melakukan kegiatan tentang perawatan dan perbaikan jaringan distribusi. Untuk hal perawatan jaringan distribusi, kegiatannya meliputi : pengoperasian ABSw, perawatan alat – alat jaringan distribui, pengecekan beban trafo secara berkala dan lain – lain.. Sedangkan untuk hal perbaikan jaringan distribusi kegiatannya meliputi : pelayanan pengaduan pelanggan, penggantian MCB, penggantian NT Fuse, permintaan pasang baru, permintaan tambah daya, perbaikan listrik padam dan lain – lain.
Selain melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan jaringan distribusi, selama praktek kerja lapangan mahasiswa juga diajarkan bagaimana bekerja dalam administrasi teknik. Dalam hal ini mahasiswa diajarkan bagaimana cara membaca kartu meter, membaca gambar denah trafo, menginput data kerusakan trafo dan jenis – jenis trafo beserta beban masing – masing trafo yang digunakan PLN untuk mendistribusikan listrik kepada konsumen.
3.2 Klasifikasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen.
Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.
3.2.1 Berdasarkan Tegangan Pengenal
Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.
b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
3.2.2 Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer
Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Adapun jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah:
a. Jaringan distribusi pola radial
b. Jaringan distribusi pola loop
c. Jaringan distribusi pola grid
d. Jaringan distribusi pola spindle
a. Jaringan Distribusi Pola Radial.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.
Gambar 3.1 Pola jaringan radial
b. Jaringan Distribusi Pola Loop
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula.
Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Gambar 3.2 Pola Jaringan Loop
c. Jaringan Distribusi Pola Grid
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
Gambar 3.3 Pola Jaringan Grid
Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:
a. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.
b. Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.
c. Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.
Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi yang juga mahal.
d. Jaringan Distribusi Pola Spindel
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express feeder.
Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban.
Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar ( 4.5 )
Gambar 3.4 Sistem Jaringan Spindel
Keuntungan pola jaringan ini adalah :
Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial.
Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
a. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
b. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid. Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
c. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.
3.3 Operasi Sistem Distribusi
Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya.
Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
1. Mutu listrik
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.
2. Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ). Rumus perhitungannya yaitu :
3. Keamanan dan keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
4. Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5. Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
3.3.1 Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah
Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sistem distribusi dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah. Namun pada laporan kali ini hanya akan membahas tentang sistem distribusi dengan saluran udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi yang akan digunakan dalam sistem distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis disatu pihak dan alasan ekonomi dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur dari jaringan yang akan digunakan harus memenuhi syarat keandalan minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan utama, yaitu :
1. Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
a. Kekuatan mekanik yang tinggi
b. Perawatan yang mudah
c. Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
2. Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan kawat fasa lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )
Gambar 3.5. Isolator Gantung (Suspension Type Insulator)
Gambar 3.6. Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator)
3. Penghantar
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Memiliki daya hantar yang tinggi
b. Memilki kekuatan tarik yang tinggi
c. Memiliki berat jenis yang rendah
d. Memiliki fleksibilitas yang tinggi
e. Tidak cepat rapuh
f. Memiliki harga yang murah
Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain :
a. Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ).
b. Kawat logam campuran, contohnya AAAC ( All Alumunium Alloy Conductor ).
Gambar 3.7. Pengahntar AAAC
4. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Dengan alat yang bernama trafo maka pilihan tegangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tegangan pada pelanggan.
Gambar 3.8. Trafo Distribusi Satu Fasa
Gambar 3.9. Trafo Distribusi Tiga Fasa
5. Fuse Cut Out (FCO)
Gambar 3.10. Fuse Cut Out Gambar 3.11. Fuse Link
Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. FCO ini terdiri dari :
1. Rumah Fuse (Fuse Support)
2. Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3. Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1. Tipe K (pemutus cepat)
2. Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).
6. Auto Voltage Regulator (AVR)
Gambar 3.12. Auto Voltage Regulator
Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto transformer penaik tegangan.
7. Meter Expor-Impor
Gambar 3.13. Meter Expor-Impor
Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan diterima antar UPJ.
Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk proses pengukuran.
8. Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain sebagainya.
3.3.2 Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi
Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan.
2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
5. Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia..
3.3.3 Manuver Jaringan Distribusi
Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
a. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
b. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
1. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah :
a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging Current)
g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4 feeder beserta PMT Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut beserta PMT feeder yang aktif meliputi :
- PKN 3
- PKN 5
- PKN 8
- PKN 12
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
Gambar 3.14. Disconecting Switch (DS)
3. Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
Gambar 3.15. Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :
a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.
ABSW terdiri dari :
1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
4. Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS )
5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a. Recloser 1 fasa
b. Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur
b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Gambar 3.18. Recloser
3.3.4 Optimasi Sistem Distribusi
Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
a. Daya terpasang tidak berlebihan.
b. Beban tidak terlalu kecil.
c. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
d. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
e. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
f. Secara ekonomis menguntungkan.
g. Susut umur peralatan sesuai rencana.
Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :
1. Kawat penghantar
Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
a. Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
b. Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
c. Berkurangnya jarak aman / andongan.
d. Kerusakan pada isolasi.
2. Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
a. Pengaman TM terdiri dari :
i. Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang dipergunakan.
ii. Arester 18 kV, 5 kA
iii. Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya.
b. Pengaman TR terdiri dari :
i. Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari atau sama dengan 50 kVA.
Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan trafo CSP.
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.
Tabel 3.1. Susut umur pada trafo
Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 °C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan suhu sekitar 20°C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan mengingat sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.
3.4 Pemeliharaan Sistem Distribusi
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem / peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum.
Sesuai dengan Surat Edaran Direksi PT. PLN (Persero), maksud diadakannya pelaksanaan kegiatan pemeliharan jaringan distribusi antara lain adalah :
1. Menjaga agar peralatan / komponen dapat dioperasikan secara optimal berdasarkan spesifikasinya sehingga sesuai dengan umur ekonomisnya.
2. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan energi listrik dari pusat listrik sampai ke sisi pelanggan.
3. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada pada tingkat keandalan dan mutu yang baik.
4. Mendapatkan jaminan bahwa sistem/peralatan distribusi aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum.
5. Untuk mendapatkan efektivitas yang maksimum dengan memperkecil waktu tak jalan peralatan sehingga ongkos operasi yang menyertai diperkecil.
6. Menjaga kondisi peralatan atau sistem dengan baik, sehingga kwalitas produksi atau kualitas kerja dapat dipertahankan.
7. Mempertahankan nilai atau harga diri peralatan atau sistem, dengan mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan.
8. Untuk menjamin keselamatan bagi karyawan yang sedang bekerja dan seluruh peralatan dari kemungkinan adanya bahaya akibat kerusakan dan kegagalan suatu alat.
9. Untuk mempertahankan seluruh peralatan dengan efisiensi yang maximum.
10. Dan tujuan akhirnya yaitu untuk mendapatkan suatu kombinasi yang ekonomis antar berbagai factor biaya dengan hasil kerja yang optimum.
3.4.1 Gangguan
Salah satu faktor yang mempengaruhi keandalan sistem adalah masalah gangguan, baik yang terjadi pada peralatan maupun yang terjadi pada sistem. Definisi gangguan adalah terjadinya suatu kerusakan didalam sirkuit listrik yang menyebabkan aliran arus dibelokkan dari saluran yang sebenarnya.
1. Macam – macam gangguan
Penyebab gangguan dapat dikelompokan menjadi :
a. Gangguan intern (dari dalam), yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan pada pembangkit dan lain - lain.
b. Gangguan extern (dari luar), yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang - layang dan sebagainya.
c. Gangguan karena faktor manusia, yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator, ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-lain.
2. Akibat gangguan
Akibat gangguan yang terjadi pada sistem antara lain :
a. Beban lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem menjadi tidak normal, jika dibiarkan berlangsung dapat membahayakan peralatan sistem.
b. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada hubung singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi karena flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan tiang, antara penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.
c. Tegangan lebih
Tegangan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena kehilangan beban. Selain itu tegangan lebih juga terjadi akibat tegangan lebih transient surja petir dan surja hubung / switching.
d. Hilangnya sumber tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit pembangkit, gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan CB bekerja dan jaringan terputus dari pembangkit.
3.4.2 Jenis – Jenis Pemeliharaan
Oleh karena luas dan kompleknya keadaan jaringan distribusi serta tidak sedikitnya sistem jaringan dan peralatan distribusi yang perlu dipelihara serta adanya gangguan – ganguan yang sering muncul di sistem distribusi, maka pemeliharaan jaringan distribusi dikelompokan dalam tiga macam pemeliharaan yaitu :
1. Pemeliharaan Rutin ( Preventife Maintenance )
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar selalu beroperasi dengan keadaan dan efisiensi yang tinggi. Berdasarkan tingkat kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan atas pemeriksaan rutin dan pemeriksaan sistematis.
i. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran-saran (rekomendasi) dari hasil inspeksi, antara lain penggantian, pembersihan, peneraan dan pengetesan.
Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan pemeriksaan rutin ini adalah dapat ditemukannya kelainan - kelainan atau hal - hal yang dikawatirkan bisa menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode pemeliharaan rutin berikutnya terselenggara.
Suatu sistem jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami pemeliharaan rutin apabila sistem jaringan sudah diperiksa secara visual dan saran - saran sudah dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang bersifat perubahan / rehabilitasi jaringan.
ii. Pemeriksaan Rutin Sistematis
Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksudkan untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang tidak ditemukan / diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi yang kemudian disusun saran-saran untuk perbaikan.
Pekerjaan dalam kegiatan pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan lebih teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang ( over houl ).
Suatu sistem jaringan dapat dikatakan sudah dilaksanakan pemeliharaan rutin sistematis apabila sistem jaringan sistem tsb sudah dipelihara secara sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya penyempurnaan / perubahan.
2. Pemeliharaan Korektif ( Corrective Maintenance )
Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam 2 kegiatan yaitu: terencana dan tidak terencana. Kegiatan yang terencana diantaranya adalah pekerjaan perubahan / penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan untuk memperoleh keandalan yang lebih baik (dalam batas pengertian operasi) tanpa mengubah kapasitas semula. Kegiatan yang tidak terencana misalnya mengatasi / perbaikan kerusakan peralatan / gangguan.
Perbaikan kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha / pekerjaan untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi sistem atau peralatan yang mengalami gangguan / kerusakan sampai kembali pada keadaan semula dengan kepastian yang sama.
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk pemeliharaan korektif diantaranya adalah :
a. Pekerjaan penggantian jumperan kabel yang rusak
b. Pekerjaan JTM yang putus
c. Penggantian bushing trafo yang pecah
d. Penggantian tiang yang patah
Perubahan / penyempurnaan dalam hal ini yang dimaksudkan adalah suatu usaha / pekerjaan untuk penyempurnaan sistem atau peralatan distribusi dengan cara mengganti / merubah sistem peralatan dengan harapan agar daya guna dan keandalan sistem peralatan yang lebih tinggi dapat dicapai tanpa merubah kapasitas sistem peralatan semula. Pekerjaan itu antara lain :
a. Pekerjaan rehabilitasi gardu.
b. Pekerjaan rehabilitasi JTM.
c. Pekerjaan rehabilitasi JTR.
3. Pemeliharaan Darurat ( Emergency Maintenance )
Pemeliharaan darurat atau disebut juga pemeliharaan khusus adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksud untuk memperbaiki jaringan yang rusak yang disebabkan oleh force majeure atau bencana alam seperti gempa bumi, angin rebut, kebakaran dsb yang biasanya waktunya mendadak. Dengan demikian sifat pekerjaan pemeliharaan untuk keadaan ini adalah sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan, dan pekerjaannya tidak direncanakan. Contoh kegiatan pemeliharaan darurat adalah :
a. Perbaikan / penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran
b. Perbaikan / penggantian instalasi gardu yang rusak.
c. Perbaikan / penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat bencana alam.
3.4.3 Jadwal Pemeliharaan
Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan keandalan tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan pemeliharaan adalah menyusun program pemeliharaan periodik dengan jadwal tertentu.
Menurut siklusnya kegiatan pelaksanaan pemeliharan distribusi dapat dikelompokan dalam empat kelompok yaitu :
1. Pemeliharaan Bulanan
Pemeliharaan bulanan dilaksanakan tiap satu bulan sekali. Kegiatan pemeliharaan bulanan antara lain :
a. Inspeksi jaringan SUTM meliputi tiang, bracket, cross arm, pentanahan, penghantar, isolator, ligthning arrester dan lain–lain.
b. Inspeksi jaringan SUTR
c. Inspeksi gardu distribusi
d. Pengukuran beban pada trafo distribusi
2. Pemeliharaan Tri Wulanan
Pemeliharaan tri wulanan atau 3 bulanan adalah suatu kegiatan dilapangan yang dilaksanakan dalam tiga bulan dengan maksud untuk mengadakan pemeriksaan kondisi sistem. Dengan harapan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan perbaikan sistem peralatan yang terganggu dapat ditentukan lebih awal.
Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan, program pemeliharaan triwulan dapat dibagi untuk memelihara bagian-bagian jaringan distribusi yang rawan gangguan, diantaranya adalah saluran telanjang atau tidak berisolasi. Dimana saluran udara semacam ini diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external misalnya pohon-pohon, benang layang-layang dsb.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam program triwulanan adalah :
a. Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak aman yang sesuai dengan yang di ijinkan ( 2 m ).
b. Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan dan segera mengadakan tindak lanjut.
3. Pemeliharaan Semesteran ( 6 Bulan )
Pemeliharaan semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan maksud untuk mengetahui sendiri kemungkinan keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung jaringan suatu penyulang TR ( tegangan rendah ). Dimana besarnya regulasi tegangan yang diijinkan oleh PLN pada saat ini adalah maksimal 5% untuk sisi pengirim dan minimal 10% untuk sisi penerima. Perbandingan beban untuk setiap fasanya pada setiap penyulang TR tidak kurang dari 90%; 100% dan 110%.Hal ini untuk menjaga adanya kemiringan tegangan yang terlalu besar pada saat terjadi gangguan putus nya kawat netral ( Nol ) di jaringan TR.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan ini adalah :
a. Melakukan pengukuran beban.
b. Melaksanakan pengukuran tegangan ujung jaringan.
c. Mengadakan evaluasi hasil pengukuran dan menindak lanjuti.
d. Memeriksa keadaan penghantar/kawat.
e. Membersihkan isolator.
f. Memeriksa kondisi tiang.
4. Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengadakan pemeriksaan dan perbaikan sistem peralatan. Kegiatan pemeliharaan tahunan biasanya dilaksanakan menurut tingkat prioritas tertentu. Pekerjaan perbaikan sistem peralatan yang sifatnya dapat menunjang operasi secara langsung atau pekerjaan-pekerjaan yang dapat mengurangi adanya gangguan operasi sistem perlu mendapat prioritas yang lebih tinggi.
Kegiatan pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua keadaan yaitu :
a. Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bertegangan
Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara visual ( inspeksi ) dengan maksud untuk menemukan hal-hal atau kelainan-kelainan yang dikawatirkan / dicurigai dapat menyebabkan gangguan pada operasi sistem, sebelum periode pemeliharaan tahunan berikutnya terselenggara.
Pemeliharaan semacam ini pada pelaksanaanya menggunakan chek list untuk memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal - hal yang perlu diperhatikan dan dinilai.
Ketentuan bekerja pada keadaan bertegangan yaitu :
i. Petugas / pelaksana pekerjaan mempunyai kompetensi yang dibutuhkan
ii. Memiliki surat ijin kerja dari yang berwenang
iii. Dalam keadaan sehat, sadar, tidak mengantuk atau tidak dalam keadaan mabuk
iv. Saat bekerja harus berdiri pada tempat atau mempergunakan perkakas yang berisolasi dan andal
v. Menggunakan perlengkapan badan yang sesuai dan diperiksa setiap dipakai sesuai petunjuk yang berlaku
vi. Dilarang menyentuh perlengkapan listrik yang bertegangan dengan tangan telanjang
vii. Keadaan cuaca tidak mendung / hujan
viii. Dilarang bekerja di ruang dengan bahaya kebakaran / ledakan, lembab dan sangat panas.
b. Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bebas Tegangan
Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan adalah pemeliharaan peralatan / perlengkapan jaring distribusi TM / TR yang dilaksanakan dimana obyeknya dalam keadaan tanpa tegangan atau pemadaman. Hal ini bukan berarti disekitar obyek pemeliharaan benar-benar sama sekali tidak bertegangan.
Pekerjaan - pekerjaan pemeliharaan tahunan pada keadaan bebas tegangan adalah pekerjaan-pekerjaan yang meliputi pemeriksaan, pembersihan, pengetesan dan penggantian material bantu, misal : fuse link, sekering.
5. Pemeliharaan 3 Tahunan
Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai tindak lanjut dari kegiatan pemeliharaan tahunan yang telah diselenggarakan.
Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam keadaan bebas tegangan dimana sifat pemeliharaanya baik teliti dan penyaluran, biasa sampai tahap bongkar pasang (over houl). Dengan keadaan ini, pelaksanaan pemeliharaan tiga tahunan merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang termasuk pekerjaan pemeriksaan rutin sistematis.
3.5 Peralatan pengukuran tenaga listrik
Dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi kemampuan penggunaan alat ukur sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi dan indikasi kerusakan dari sistem distribusi serta komponen pendukungnya. Berikut ini peralatan pengukuran yang digunakan dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi
3.5.1 Clampmeter
Clampmeter ataupun tangmeter dapat digunakan untuk mengukur arus, tegangan maupun resistansi.tangmeter ini ada beberapa tipe dan yang digunakan di pln tangmeternya mempunyai dua cara dalam pengukuran pada rangkaian.
Gambar 3.19. Clampmeter
Yang pertama dengan dijepit, yaitu dengan cara memasukan salah satu kabel agar berada di tengah-tengah penjepit. Dan yang satunya lagi dengan menggunakan probe, probe merah dan probe hitam. Caranya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.
a. Clampmeter digunakan sebagai amperemeter
Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang secara seri (berderet) dengan elemen listrik. Amperemeter biasanya digunakan untuk mengukur besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar.
Gambar 3.20. Pengawatan Amperemeter
b. Clampmeter digunakan sebagai voltmeter
voltmeter adalah alat untuk mengukur besarnya tegangan. Voltmeter biasanya dipasang secara parallel dengan sumber tegangan maupun beban.
Gambar 3.21. Pengawatan Voltmeter
3.5.2 Kwhmeter
Kwhmeter digunakan untuk mengukur energi arus bolak-balik, alat ukur ini biasa digunakan oleh konsumen listrik ataupun oleh PLN sendiri, alat ini banyak terpasang dirumah-rumah penduduk berguna untuk menentukan besar kecilnya rekening listrik si pemakai.
Mengingat sangat pentingnya arti kwhmeter, maka agar diperhatikan benar cara penyambungan alat ukur ini.
Gambar 3.22. kwhmeter 1 fasa Gambar 3.23. Kwhmeter 3 fasa
3.5.3 Megger
Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah, yang diputar oleh tangan. Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi antara lain untuk: kabel instalasi pada rumah-rumah/bangunan, kabel tegangan rendah, kabel tegangan tinggi, transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya.
Gambar 3.24. Megger
3.5.4 Phasa sequence
alat ukur ini digunakan untuk mengetahui benar / tidaknya urutan phasa system tegangan listrik 3 phasa. Alat ini sangat penting khususnya dalam melaksanakan penyambungan gardu-gardu ataupun konsumen listrik, karena kesalahan urutan phasa dapat menimbulkan :
kerusakan pada peralatan / mesin antara lain putaran motor listrik terbalik
putaran piringan kwh meter menjadi lambat ataupun berhenti sama sekali
cara penyambungannya adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut
Gambar 3.25. Pengawatan Phasa Sequence
Gambar 3.26. Phasa Sequence
HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Deskripsi Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dilaksanakan oleh mahasiswa semester IV Politeknik Negeri Semarang di perusahaan yang diminati oleh mahasiswa itu sendiri dan kebetulan kami diijinkan untuk melakukan PKL di PT. PLN ( Persero ) UPJ Wiradesa. Untuk mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik, dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan tersebut ditempatkan pada bagian Pelayanan Teknik yang meliputi gangguan teknik dan administrasi teknik.
Dalam pelaksanaan PKL ini mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik melakukan kegiatan tentang perawatan dan perbaikan jaringan distribusi. Untuk hal perawatan jaringan distribusi, kegiatannya meliputi : pengoperasian ABSw, perawatan alat – alat jaringan distribui, pengecekan beban trafo secara berkala dan lain – lain.. Sedangkan untuk hal perbaikan jaringan distribusi kegiatannya meliputi : pelayanan pengaduan pelanggan, penggantian MCB, penggantian NT Fuse, permintaan pasang baru, permintaan tambah daya, perbaikan listrik padam dan lain – lain.
Selain melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan jaringan distribusi, selama praktek kerja lapangan mahasiswa juga diajarkan bagaimana bekerja dalam administrasi teknik. Dalam hal ini mahasiswa diajarkan bagaimana cara membaca kartu meter, membaca gambar denah trafo, menginput data kerusakan trafo dan jenis – jenis trafo beserta beban masing – masing trafo yang digunakan PLN untuk mendistribusikan listrik kepada konsumen.
3.2 Klasifikasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen.
Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.
3.2.1 Berdasarkan Tegangan Pengenal
Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.
b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
3.2.2 Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer
Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Adapun jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah:
a. Jaringan distribusi pola radial
b. Jaringan distribusi pola loop
c. Jaringan distribusi pola grid
d. Jaringan distribusi pola spindle
a. Jaringan Distribusi Pola Radial.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.
Gambar 3.1 Pola jaringan radial
b. Jaringan Distribusi Pola Loop
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula.
Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Gambar 3.2 Pola Jaringan Loop
c. Jaringan Distribusi Pola Grid
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
Gambar 3.3 Pola Jaringan Grid
Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:
a. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.
b. Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.
c. Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.
Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi yang juga mahal.
d. Jaringan Distribusi Pola Spindel
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express feeder.
Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban.
Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar ( 4.5 )
Gambar 3.4 Sistem Jaringan Spindel
Keuntungan pola jaringan ini adalah :
Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial.
Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
a. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.
b. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola grid. Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
c. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.
3.3 Operasi Sistem Distribusi
Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya.
Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
1. Mutu listrik
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.
2. Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ). Rumus perhitungannya yaitu :
3. Keamanan dan keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
4. Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5. Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
3.3.1 Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah
Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sistem distribusi dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah. Namun pada laporan kali ini hanya akan membahas tentang sistem distribusi dengan saluran udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi yang akan digunakan dalam sistem distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis disatu pihak dan alasan ekonomi dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur dari jaringan yang akan digunakan harus memenuhi syarat keandalan minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan utama, yaitu :
1. Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
a. Kekuatan mekanik yang tinggi
b. Perawatan yang mudah
c. Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
2. Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan kawat fasa lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )
Gambar 3.5. Isolator Gantung (Suspension Type Insulator)
Gambar 3.6. Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator)
3. Penghantar
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Memiliki daya hantar yang tinggi
b. Memilki kekuatan tarik yang tinggi
c. Memiliki berat jenis yang rendah
d. Memiliki fleksibilitas yang tinggi
e. Tidak cepat rapuh
f. Memiliki harga yang murah
Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain :
a. Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ).
b. Kawat logam campuran, contohnya AAAC ( All Alumunium Alloy Conductor ).
Gambar 3.7. Pengahntar AAAC
4. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Dengan alat yang bernama trafo maka pilihan tegangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tegangan pada pelanggan.
Gambar 3.8. Trafo Distribusi Satu Fasa
Gambar 3.9. Trafo Distribusi Tiga Fasa
5. Fuse Cut Out (FCO)
Gambar 3.10. Fuse Cut Out Gambar 3.11. Fuse Link
Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. FCO ini terdiri dari :
1. Rumah Fuse (Fuse Support)
2. Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3. Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1. Tipe K (pemutus cepat)
2. Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).
6. Auto Voltage Regulator (AVR)
Gambar 3.12. Auto Voltage Regulator
Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto transformer penaik tegangan.
7. Meter Expor-Impor
Gambar 3.13. Meter Expor-Impor
Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan diterima antar UPJ.
Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk proses pengukuran.
8. Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain sebagainya.
3.3.2 Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi
Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan.
2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
5. Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia..
3.3.3 Manuver Jaringan Distribusi
Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
a. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
b. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
1. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah :
a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging Current)
g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4 feeder beserta PMT Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut beserta PMT feeder yang aktif meliputi :
- PKN 3
- PKN 5
- PKN 8
- PKN 12
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
Gambar 3.14. Disconecting Switch (DS)
3. Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
Gambar 3.15. Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :
a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.
ABSW terdiri dari :
1. Stang ABSW
2. Cross Arm Besi
3. Isolator Tumpu
4. Pisau Kontak
5. Kawat Pentanahan
6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
4. Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS )
5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a. Recloser 1 fasa
b. Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur
b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Gambar 3.18. Recloser
3.3.4 Optimasi Sistem Distribusi
Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
a. Daya terpasang tidak berlebihan.
b. Beban tidak terlalu kecil.
c. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
d. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
e. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
f. Secara ekonomis menguntungkan.
g. Susut umur peralatan sesuai rencana.
Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :
1. Kawat penghantar
Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
a. Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
b. Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
c. Berkurangnya jarak aman / andongan.
d. Kerusakan pada isolasi.
2. Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
a. Pengaman TM terdiri dari :
i. Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang dipergunakan.
ii. Arester 18 kV, 5 kA
iii. Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya.
b. Pengaman TR terdiri dari :
i. Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari atau sama dengan 50 kVA.
Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan trafo CSP.
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.
Tabel 3.1. Susut umur pada trafo
Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 °C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan suhu sekitar 20°C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan mengingat sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.
3.4 Pemeliharaan Sistem Distribusi
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem / peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum.
Sesuai dengan Surat Edaran Direksi PT. PLN (Persero), maksud diadakannya pelaksanaan kegiatan pemeliharan jaringan distribusi antara lain adalah :
1. Menjaga agar peralatan / komponen dapat dioperasikan secara optimal berdasarkan spesifikasinya sehingga sesuai dengan umur ekonomisnya.
2. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan energi listrik dari pusat listrik sampai ke sisi pelanggan.
3. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada pada tingkat keandalan dan mutu yang baik.
4. Mendapatkan jaminan bahwa sistem/peralatan distribusi aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum.
5. Untuk mendapatkan efektivitas yang maksimum dengan memperkecil waktu tak jalan peralatan sehingga ongkos operasi yang menyertai diperkecil.
6. Menjaga kondisi peralatan atau sistem dengan baik, sehingga kwalitas produksi atau kualitas kerja dapat dipertahankan.
7. Mempertahankan nilai atau harga diri peralatan atau sistem, dengan mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan.
8. Untuk menjamin keselamatan bagi karyawan yang sedang bekerja dan seluruh peralatan dari kemungkinan adanya bahaya akibat kerusakan dan kegagalan suatu alat.
9. Untuk mempertahankan seluruh peralatan dengan efisiensi yang maximum.
10. Dan tujuan akhirnya yaitu untuk mendapatkan suatu kombinasi yang ekonomis antar berbagai factor biaya dengan hasil kerja yang optimum.
3.4.1 Gangguan
Salah satu faktor yang mempengaruhi keandalan sistem adalah masalah gangguan, baik yang terjadi pada peralatan maupun yang terjadi pada sistem. Definisi gangguan adalah terjadinya suatu kerusakan didalam sirkuit listrik yang menyebabkan aliran arus dibelokkan dari saluran yang sebenarnya.
1. Macam – macam gangguan
Penyebab gangguan dapat dikelompokan menjadi :
a. Gangguan intern (dari dalam), yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan pada pembangkit dan lain - lain.
b. Gangguan extern (dari luar), yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang - layang dan sebagainya.
c. Gangguan karena faktor manusia, yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator, ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-lain.
2. Akibat gangguan
Akibat gangguan yang terjadi pada sistem antara lain :
a. Beban lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem menjadi tidak normal, jika dibiarkan berlangsung dapat membahayakan peralatan sistem.
b. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada hubung singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi karena flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan tiang, antara penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.
c. Tegangan lebih
Tegangan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena kehilangan beban. Selain itu tegangan lebih juga terjadi akibat tegangan lebih transient surja petir dan surja hubung / switching.
d. Hilangnya sumber tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit pembangkit, gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan CB bekerja dan jaringan terputus dari pembangkit.
3.4.2 Jenis – Jenis Pemeliharaan
Oleh karena luas dan kompleknya keadaan jaringan distribusi serta tidak sedikitnya sistem jaringan dan peralatan distribusi yang perlu dipelihara serta adanya gangguan – ganguan yang sering muncul di sistem distribusi, maka pemeliharaan jaringan distribusi dikelompokan dalam tiga macam pemeliharaan yaitu :
1. Pemeliharaan Rutin ( Preventife Maintenance )
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar selalu beroperasi dengan keadaan dan efisiensi yang tinggi. Berdasarkan tingkat kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan atas pemeriksaan rutin dan pemeriksaan sistematis.
i. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran-saran (rekomendasi) dari hasil inspeksi, antara lain penggantian, pembersihan, peneraan dan pengetesan.
Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan pemeriksaan rutin ini adalah dapat ditemukannya kelainan - kelainan atau hal - hal yang dikawatirkan bisa menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode pemeliharaan rutin berikutnya terselenggara.
Suatu sistem jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami pemeliharaan rutin apabila sistem jaringan sudah diperiksa secara visual dan saran - saran sudah dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang bersifat perubahan / rehabilitasi jaringan.
ii. Pemeriksaan Rutin Sistematis
Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksudkan untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang tidak ditemukan / diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi yang kemudian disusun saran-saran untuk perbaikan.
Pekerjaan dalam kegiatan pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan lebih teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang ( over houl ).
Suatu sistem jaringan dapat dikatakan sudah dilaksanakan pemeliharaan rutin sistematis apabila sistem jaringan sistem tsb sudah dipelihara secara sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya penyempurnaan / perubahan.
2. Pemeliharaan Korektif ( Corrective Maintenance )
Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam 2 kegiatan yaitu: terencana dan tidak terencana. Kegiatan yang terencana diantaranya adalah pekerjaan perubahan / penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan untuk memperoleh keandalan yang lebih baik (dalam batas pengertian operasi) tanpa mengubah kapasitas semula. Kegiatan yang tidak terencana misalnya mengatasi / perbaikan kerusakan peralatan / gangguan.
Perbaikan kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha / pekerjaan untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi sistem atau peralatan yang mengalami gangguan / kerusakan sampai kembali pada keadaan semula dengan kepastian yang sama.
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk pemeliharaan korektif diantaranya adalah :
a. Pekerjaan penggantian jumperan kabel yang rusak
b. Pekerjaan JTM yang putus
c. Penggantian bushing trafo yang pecah
d. Penggantian tiang yang patah
Perubahan / penyempurnaan dalam hal ini yang dimaksudkan adalah suatu usaha / pekerjaan untuk penyempurnaan sistem atau peralatan distribusi dengan cara mengganti / merubah sistem peralatan dengan harapan agar daya guna dan keandalan sistem peralatan yang lebih tinggi dapat dicapai tanpa merubah kapasitas sistem peralatan semula. Pekerjaan itu antara lain :
a. Pekerjaan rehabilitasi gardu.
b. Pekerjaan rehabilitasi JTM.
c. Pekerjaan rehabilitasi JTR.
3. Pemeliharaan Darurat ( Emergency Maintenance )
Pemeliharaan darurat atau disebut juga pemeliharaan khusus adalah pekerjaan pemeliharaan yang dimaksud untuk memperbaiki jaringan yang rusak yang disebabkan oleh force majeure atau bencana alam seperti gempa bumi, angin rebut, kebakaran dsb yang biasanya waktunya mendadak. Dengan demikian sifat pekerjaan pemeliharaan untuk keadaan ini adalah sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan, dan pekerjaannya tidak direncanakan. Contoh kegiatan pemeliharaan darurat adalah :
a. Perbaikan / penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran
b. Perbaikan / penggantian instalasi gardu yang rusak.
c. Perbaikan / penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat bencana alam.
3.4.3 Jadwal Pemeliharaan
Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan keandalan tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan pemeliharaan adalah menyusun program pemeliharaan periodik dengan jadwal tertentu.
Menurut siklusnya kegiatan pelaksanaan pemeliharan distribusi dapat dikelompokan dalam empat kelompok yaitu :
1. Pemeliharaan Bulanan
Pemeliharaan bulanan dilaksanakan tiap satu bulan sekali. Kegiatan pemeliharaan bulanan antara lain :
a. Inspeksi jaringan SUTM meliputi tiang, bracket, cross arm, pentanahan, penghantar, isolator, ligthning arrester dan lain–lain.
b. Inspeksi jaringan SUTR
c. Inspeksi gardu distribusi
d. Pengukuran beban pada trafo distribusi
2. Pemeliharaan Tri Wulanan
Pemeliharaan tri wulanan atau 3 bulanan adalah suatu kegiatan dilapangan yang dilaksanakan dalam tiga bulan dengan maksud untuk mengadakan pemeriksaan kondisi sistem. Dengan harapan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan perbaikan sistem peralatan yang terganggu dapat ditentukan lebih awal.
Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan, program pemeliharaan triwulan dapat dibagi untuk memelihara bagian-bagian jaringan distribusi yang rawan gangguan, diantaranya adalah saluran telanjang atau tidak berisolasi. Dimana saluran udara semacam ini diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external misalnya pohon-pohon, benang layang-layang dsb.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam program triwulanan adalah :
a. Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak aman yang sesuai dengan yang di ijinkan ( 2 m ).
b. Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan dan segera mengadakan tindak lanjut.
3. Pemeliharaan Semesteran ( 6 Bulan )
Pemeliharaan semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan maksud untuk mengetahui sendiri kemungkinan keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung jaringan suatu penyulang TR ( tegangan rendah ). Dimana besarnya regulasi tegangan yang diijinkan oleh PLN pada saat ini adalah maksimal 5% untuk sisi pengirim dan minimal 10% untuk sisi penerima. Perbandingan beban untuk setiap fasanya pada setiap penyulang TR tidak kurang dari 90%; 100% dan 110%.Hal ini untuk menjaga adanya kemiringan tegangan yang terlalu besar pada saat terjadi gangguan putus nya kawat netral ( Nol ) di jaringan TR.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan ini adalah :
a. Melakukan pengukuran beban.
b. Melaksanakan pengukuran tegangan ujung jaringan.
c. Mengadakan evaluasi hasil pengukuran dan menindak lanjuti.
d. Memeriksa keadaan penghantar/kawat.
e. Membersihkan isolator.
f. Memeriksa kondisi tiang.
4. Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengadakan pemeriksaan dan perbaikan sistem peralatan. Kegiatan pemeliharaan tahunan biasanya dilaksanakan menurut tingkat prioritas tertentu. Pekerjaan perbaikan sistem peralatan yang sifatnya dapat menunjang operasi secara langsung atau pekerjaan-pekerjaan yang dapat mengurangi adanya gangguan operasi sistem perlu mendapat prioritas yang lebih tinggi.
Kegiatan pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua keadaan yaitu :
a. Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bertegangan
Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara visual ( inspeksi ) dengan maksud untuk menemukan hal-hal atau kelainan-kelainan yang dikawatirkan / dicurigai dapat menyebabkan gangguan pada operasi sistem, sebelum periode pemeliharaan tahunan berikutnya terselenggara.
Pemeliharaan semacam ini pada pelaksanaanya menggunakan chek list untuk memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal - hal yang perlu diperhatikan dan dinilai.
Ketentuan bekerja pada keadaan bertegangan yaitu :
i. Petugas / pelaksana pekerjaan mempunyai kompetensi yang dibutuhkan
ii. Memiliki surat ijin kerja dari yang berwenang
iii. Dalam keadaan sehat, sadar, tidak mengantuk atau tidak dalam keadaan mabuk
iv. Saat bekerja harus berdiri pada tempat atau mempergunakan perkakas yang berisolasi dan andal
v. Menggunakan perlengkapan badan yang sesuai dan diperiksa setiap dipakai sesuai petunjuk yang berlaku
vi. Dilarang menyentuh perlengkapan listrik yang bertegangan dengan tangan telanjang
vii. Keadaan cuaca tidak mendung / hujan
viii. Dilarang bekerja di ruang dengan bahaya kebakaran / ledakan, lembab dan sangat panas.
b. Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bebas Tegangan
Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan adalah pemeliharaan peralatan / perlengkapan jaring distribusi TM / TR yang dilaksanakan dimana obyeknya dalam keadaan tanpa tegangan atau pemadaman. Hal ini bukan berarti disekitar obyek pemeliharaan benar-benar sama sekali tidak bertegangan.
Pekerjaan - pekerjaan pemeliharaan tahunan pada keadaan bebas tegangan adalah pekerjaan-pekerjaan yang meliputi pemeriksaan, pembersihan, pengetesan dan penggantian material bantu, misal : fuse link, sekering.
5. Pemeliharaan 3 Tahunan
Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai tindak lanjut dari kegiatan pemeliharaan tahunan yang telah diselenggarakan.
Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam keadaan bebas tegangan dimana sifat pemeliharaanya baik teliti dan penyaluran, biasa sampai tahap bongkar pasang (over houl). Dengan keadaan ini, pelaksanaan pemeliharaan tiga tahunan merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang termasuk pekerjaan pemeriksaan rutin sistematis.
3.5 Peralatan pengukuran tenaga listrik
Dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi kemampuan penggunaan alat ukur sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi dan indikasi kerusakan dari sistem distribusi serta komponen pendukungnya. Berikut ini peralatan pengukuran yang digunakan dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi
3.5.1 Clampmeter
Clampmeter ataupun tangmeter dapat digunakan untuk mengukur arus, tegangan maupun resistansi.tangmeter ini ada beberapa tipe dan yang digunakan di pln tangmeternya mempunyai dua cara dalam pengukuran pada rangkaian.
Gambar 3.19. Clampmeter
Yang pertama dengan dijepit, yaitu dengan cara memasukan salah satu kabel agar berada di tengah-tengah penjepit. Dan yang satunya lagi dengan menggunakan probe, probe merah dan probe hitam. Caranya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.
a. Clampmeter digunakan sebagai amperemeter
Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang secara seri (berderet) dengan elemen listrik. Amperemeter biasanya digunakan untuk mengukur besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar.
Gambar 3.20. Pengawatan Amperemeter
b. Clampmeter digunakan sebagai voltmeter
voltmeter adalah alat untuk mengukur besarnya tegangan. Voltmeter biasanya dipasang secara parallel dengan sumber tegangan maupun beban.
Gambar 3.21. Pengawatan Voltmeter
3.5.2 Kwhmeter
Kwhmeter digunakan untuk mengukur energi arus bolak-balik, alat ukur ini biasa digunakan oleh konsumen listrik ataupun oleh PLN sendiri, alat ini banyak terpasang dirumah-rumah penduduk berguna untuk menentukan besar kecilnya rekening listrik si pemakai.
Mengingat sangat pentingnya arti kwhmeter, maka agar diperhatikan benar cara penyambungan alat ukur ini.
Gambar 3.22. kwhmeter 1 fasa Gambar 3.23. Kwhmeter 3 fasa
3.5.3 Megger
Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah, yang diputar oleh tangan. Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi antara lain untuk: kabel instalasi pada rumah-rumah/bangunan, kabel tegangan rendah, kabel tegangan tinggi, transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya.
Gambar 3.24. Megger
3.5.4 Phasa sequence
alat ukur ini digunakan untuk mengetahui benar / tidaknya urutan phasa system tegangan listrik 3 phasa. Alat ini sangat penting khususnya dalam melaksanakan penyambungan gardu-gardu ataupun konsumen listrik, karena kesalahan urutan phasa dapat menimbulkan :
kerusakan pada peralatan / mesin antara lain putaran motor listrik terbalik
putaran piringan kwh meter menjadi lambat ataupun berhenti sama sekali
cara penyambungannya adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut
Gambar 3.25. Pengawatan Phasa Sequence
Gambar 3.26. Phasa Sequence